Trend Diet Masa Kini, Mana yang Cocok Buat Kamu?
Di tengah gaya hidup modern yang serba cepat, diet bukan hanya tentang menurunkan berat badan, tetapi juga tentang mencapai kesehatan optimal, menjaga energi, bahkan meningkatkan kualitas hidup.Seiring berkembangnya ilmu gizi, berbagai tren diet bermunculan, masing-masing menawarkan "jalan terbaik" menuju tubuh sehat. Tapi... apakah semua diet cocok untuk semua orang?
Artikel ini akan membahas secara ilmiah namun sederhana beberapa tren diet masa kini, kelebihan-kekurangannya, dan bagaimana memilih yang paling cocok untukmu.
Definisi Diet dan Tujuan Diet
Sebelum membahas berbagai tren, mari kita pahami dulu apa itu "diet" yang sebenarnya. Diet bukan sekadar cara untuk menurunkan berat badan dalam waktu singkat. Lebih dari itu, diet adalah pola makan dan minum yang kita lakukan sehari-hari. Diet yang sehat dan seimbang adalah fondasi utama kesehatan tubuh secara keseluruhan, memberikan energi, nutrisi penting, dan melindungi kita dari berbagai penyakit.
Sayangnya, banyak tren diet yang beredar saat ini fokus pada pembatasan ekstrem atau penghilangan kelompok makanan tertentu. Padahal, tubuh kita membutuhkan berbagai nutrisi dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral untuk berfungsi optimal.
Tujuan diet bisa berbeda-beda, antara lain:
- Menurunkan berat badan
- Menambah massa otot
- Mengelola penyakit kronis (seperti diabetes, hipertensi)
- Meningkatkan performa olahraga
- Meningkatkan kesehatan mental
1.Diet Keto (Tinggi Lemak, Rendah Karbohidrat)
Konsep utama: Mengurangi asupan karbohidrat drastis (<50>
Kelebihan:
- Menurunkan berat badan cepat
- Mengontrol kadar gula darah
- Meningkatkan rasa kenyang
Kekurangan:
- Risiko kekurangan serat
- Potensi ketidakseimbangan elektrolit
- Tidak cocok untuk penderita penyakit ginjal atau hati
Siapa yang cocok?
Orang sehat dengan tujuan penurunan berat badan cepat, tetapi harus diawasi dokter/gizi.
2.Diet Intermittent Fasting (IF) — Puasa Terjadwal
Konsep utama: Diet ini berfokus pada kapan Anda makan, bukan pada apa yang Anda makan. Ada beberapa metode puasa intermiten, seperti metode 16/8 (puasa selama 16 jam dan makan selama 8 jam), metode 5:2 (makan normal selama 5 hari dan membatasi kalori secara signifikan selama 2 hari), dan eat-stop-eat (puasa 24 jam sekali atau dua kali seminggu).
Kelebihan:
- Membantu mengontrol asupan kalori
- Meningkatkan sensitivitas insulin
- Potensial memperbaiki fungsi sel
Kekurangan:
- Sulit dijalani bagi pemula
- Risiko makan berlebihan saat “waktu makan”
Siapa yang cocok?
Orang dengan gaya hidup fleksibel, yang bisa beradaptasi dengan jadwal makan tertentu.
3.Diet Plant-Based — Fokus pada Makanan Nabati
Konsep utama: Mengutamakan konsumsi makanan berbasis tumbuhan (buah, sayur, biji-bijian, kacang-kacangan). Beberapa orang yang menjalani diet ini mungkin masih mengonsumsi produk hewani dalam jumlah terbatas (fleksitarian), sementara yang lain sepenuhnya menghindari produk hewani (vegan).
Kelebihan:
- Menurunkan risiko penyakit jantung, diabetes tipe 2
- Ramah lingkungan
- Kaya antioksidan dan serat
Kekurangan:
- Risiko kekurangan vitamin B12, zat besi, omega-3
Siapa yang cocok?
Mereka yang ingin hidup lebih sehat, memperhatikan etika lingkungan, atau alasan spiritual.
4.Diet DASH (Anti Hipertensi)
Konsep utama: Makan dengan mengutamakan buah, sayur, produk susu rendah lemak, serta membatasi sodium. Secara umum, diet ini menyarankan untuk mengonsumsi natrium kurang dari 2.300 mg per hari. Untuk penderita hipertensi, pembatasan bisa lebih ketat, hingga sekitar 1.500 mg per hari.
Kelebihan:
- Terbukti menurunkan tekanan darah
- Membantu kesehatan jantung
Kekurangan:
- Kurang populer untuk tujuan penurunan berat badan cepat
Siapa yang cocok?
Penderita hipertensi atau yang ingin menjaga kesehatan kardiovaskular.
5.Diet Mediterranean — Gaya Makan Sehat Dunia
Konsep utama: Diet Mediterania terinspirasi dari pola makan tradisional masyarakat di negara-negara sekitar Laut Tengah. Diet ini kaya akan buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, kacang-kacangan, minyak zaitun, dan ikan. Konsumsi daging merah dibatasi, dan produk susu dikonsumsi dalam jumlah sedang.
Kelebihan:
- Mengurangi risiko penyakit jantung
- Membantu pengelolaan berat badan jangka panjang
Kekurangan:
- Membutuhkan biaya lebih tinggi untuk bahan makanan berkualitas
Siapa yang cocok?
Semua orang, terutama yang ingin menjalani pola makan berkelanjutan.
Bagaimana Memilih Diet yang Tepat?
1. Kenali tujuanmu: Turun berat badan? Meningkatkan kesehatan? Meningkatkan energi?
2. Sesuaikan dengan gaya hidup: Misal, kalau kerja shift malam, intermittent fasting mungkin sulit.
3. Konsultasikan dengan ahli: Diet ekstrem bisa berisiko jika tidak diawasi.
4. Dengarkan tubuhmu: Diet yang baik tidak membuatmu stres berlebihan.
5. Jangan ikut-ikutan: Apa yang berhasil untuk orang lain belum tentu cocok untukmu.
Tren Diet yang Patut Diwaspadai
Tak semua "diet" di internet aman!
Beberapa diet ekstrem yang perlu diwaspadai:
- Diet sangat rendah kalori (<800> Risiko kekurangan gizi, gangguan metabolisme
- Diet detoks berbasis jus: Biasanya tidak berbasis bukti ilmiah
- Diet berbasis suplemen saja: Tidak menggantikan makanan utuh
Ingat, diet ekstrem bisa membahayakan kesehatan jangka panjang.
Diet Terbaik Adalah Diet yang Bisa Kamu Jalani
Diet adalah perjalanan pribadi. Bukan sekadar ikut-ikutan tren, tapi menemukan pola makan yang sesuai dengan kebutuhan tubuhmu, membuatmu bahagia, dan menjaga kesehatanmu dalam jangka panjang.
Meski sedang menjalani diet apapun, jangan lupakan hal terpenting: menjaga kesehatan usus. Sistem pencernaan yang sehat adalah fondasi dari diet yang berhasil. Usus yang seimbang membantu penyerapan nutrisi, mendukung metabolisme, dan bahkan memengaruhi suasana hati. Salah satu kuncinya adalah memastikan asupan serat harian tercukupi, baik dari makanan utuh seperti buah, sayur, dan biji-bijian, maupun dari tambahan seperti fiber drink atau suplemen serat. Jadi, apapun jenis diet yang kamu pilih, jangan abaikan serat karena usus yang sehat adalah awal dari tubuh yang sehat.
Daftar Pustaka
- Paoli, A., Rubini, A., Volek, J. S., & Grimaldi, K. A. (2013). Beyond weight loss: a review of the therapeutic uses of very-low-carbohydrate (ketogenic) diets. European Journal of Clinical Nutrition, 67(8), 789–796. https://doi.org/10.1038/ejcn.2013.116
- Patterson, R. E., & Sears, D. D. (2017). Metabolic Effects of Intermittent Fasting. Annual Review of Nutrition, 37, 371–393. https://doi.org/10.1146/annurev-nutr-071816-064634
- Tuso, P. J., Ismail, M. H., Ha, B. P., & Bartolotto, C. (2013). Nutritional Update for Physicians: Plant-Based Diets. The Permanente Journal, 17(2), 61–66. https://doi.org/10.7812/TPP/12-085
- Appel, L. J., Moore, T. J., Obarzanek, E., et al. (1997). A Clinical Trial of the Effects of Dietary Patterns on Blood Pressure. New England Journal of Medicine, 336(16), 1117–1124. https://doi.org/10.1056/NEJM199704173361601
- Estruch, R., Ros, E., Salas-Salvadó, J., et al. (2018). Primary Prevention of Cardiovascular Disease with a Mediterranean Diet Supplemented with Extra-Virgin Olive Oil or Nuts. New England Journal of Medicine, 378(25), e34. https://doi.org/10.1056/NEJMoa1800389
Penulis: Indah Dwijayanti, S.Gz, M.B.A